Dafia, My First Love



Apa itu Cinta Pertama? Ada yang bilang kalau itu adalah salah satu pengalaman terpenting dalam hidup manusia. Tidak salah memang, semua orang yang hidup di dunia ini pasti merasakan pengalaman semacam ini. Mungkin ada di antara kalian yang akan tersenyum seraya mengingat-ngingat cinta pertamanya. Jujur saja, aku menulis ini sesaat setelah melihat foto yang baru di-upload ke jejaring sosial oleh seseorang, cinta pertamaku, Dafia.

Secara fisik, dalam foto itu dia terlihat tidak berbeda. Dia tetap cantik dalam balutan kerudung, hidungnya agak sedikit pesek dan bermata bulat bercahaya. Kecantikan alaminya tidak termakan tahun-tahun yang telah lama terlewat.

Saat melihat wajahnya dalam foto itu, ingatanku langsung tertarik mundur ke masa ketika aku pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta.
Dafia adalah orang pertama yang mengukir nama cinta dalam hatiku. Walaupun itu bermula saat kami masih SMP--dan kami sekelas, aku sudah bisa membedakan mana yang perasaan cinta mana yang teman dan selama sekian tahun aku mengenal Dafia, perasaan yang awalnya tidak ada seiring berjalanya waktu mulai tumbuh membahana dalam dadaku. Aku tak punya alasan berarti untuk mencintainya, kalaupun ada, alasanku satu-satunya adalah karena aku mencintainya. Terkadang kita memang tidak perlu alasan untuk mencintai seseorang.
Keramahan yang dia miliki dan kesopanan yang menghiasinya semakin membuatku jatuh hati padanya. Tapi, sampai akhirnya masa SMP itu aku tidak pernah mengatakan tentang perasaanku yang sesungguhnya.

Padahal, bisa dibilang hubunganku dengan Dafia sudahlah sangat dekat, sampai-sampai temanku sering meledek kalau aku berpacaran dengan Dafia. Tapi, saat kelas 3 SMP dia mulai berubah. Waktu ternyata dapat merubah banyak hal, termasuk Dafia, ataukah hanya aku yang tidak berubah sama sekali.

Dari penampilan saja aku jauh berbeda dengan Dafia, dalam artian aku masih terlihat kaku atau cupu sedangkan dia lebih terlihat gaul dari sebelumnya. Mungkin karena melihat keadaanku yang seperti itu dia mulai menjauhiku. Entahlah, mungkin stigma seperti itu masih ada pada dirinya sampai saat ini. Lagi pula, perempuan 'gaul' mana yang mau berteman dekat dengan seorang cupu? Itulah kenyataan di masyarakat kita dan mungkin aku salah satu korban dari kenyataan itu.

Dan sampai pada akhirnya kami berbeda sekolah saat SMA, aku tidak pernah mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanku padanya. Lagipula aku tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengatakannya, aku takut terhadap reaksinya jika aku mengatakannya, aku takut dia menolak dan mulai menjaga jarak yang semakin jauh denganku.

Walaupun kami berpisah, aku masih berhubungan dengannya walau hanya sekedar say hay via SMS dan menanyakan kabar masing masing, tentu saja balasan darinya terkesan terpaksa. Dia seolah-olah menjauhiku sekarang. tapi itu tidak apa-apa, itu tandanya dia memiliki suatu perasaan untukku. Karena menurutku, suatu perasaan tidaklah nyata jika seseorang mencoba untuk mengabaikannya dan sekarang dia mengabaikanku. Aku senang akan hal itu.

Di facebook, terkadang diam-diam aku masuk dan melihat-melihat isi profilnya. Jantungku seakan keluar dari tempatnya ketika melihat foto-foto Dafia bersama seorang pria, well, aku langsung asumsikan kalau itu pacarnya. Dan benar saja dugaanku.

Aku masih mengagumi kecantikannya. Aku tak jarang mendapati jantungku berdetak cepat ketika melihat foto-fotonya di FB-nya dan di sisi lain, aku merasa cemburu ketika melihat foto Dafia sedang bersama pacarnya. Walaupun aku sadar, kalau aku tak punya hak cemburu padanya.

Mungkin aku sekarang sudah lebih dewasa dan 'gaul', Namun terkadang aku berharap Dafia melihat keadaanku sekarang yang jauh berbeda-- yang TIDAK CUPU lagi.
Kabar terakhir yang kudengar adalah, Dafia dan pacarnya harus berpisah karena pacarnya harus melanjutkan kuliah diluar kota dan keadaan itu diperjelas dengan status Fb Dafia yang terkesan merindukan pacarnya dan sedikit 'galau'. Mungkin Dafia sudah sangat mencintai pacarnya itu dan tak ada ruang lagi di hatinya untukku dan juga orang lain.

Dan pada saat seperti itu yang bisa kulakukan hanyalah melihat foto-foto dalam FB-nya seraya mengingat-ngingat banyak hal yang telah kulalui dengan Dafia, dengan melakukan hal itu untuk sesaat aku tidak merasa sendiri.

Sampai hari ini, aku tetap mencoba mencari pacar dan sudah beberapa kali mendapatkannya. Hanya saja yang berbeda adalah dari semua hubunganku dengan beberapa perempuan, tak ada yang semembekas seperti hubunganku dengan Dafia. Cinta pertamaku. 

Jika Tuhan memberikanku kesempatan dan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku pada Dafia, aku tak akan bicara banyak. Dari semua kata yang di ucapkan di dunia ini, aku hanya ingin mengatakan Bahwa aku mencintainya. Sepenuh hatiku. Tak peduli dia akan menerimanya atau tidak. 

Banyak hal yang ku dapat dari Cinta Pertama. 

Cinta pertama bukan berarti bahwa orang yang pertama kita pacari adalah cinta pertama. Bagiku cinta pertama adalah orang pertama yang mampu mengukir namanya didalam hatiku, tak peduli orang itu pernah menjadi pacarmu atau tidak, dia sudah menjadi bagian terpenting dalam hidup kita dan akan membekas selamanya dalam hidupmu, bahkan sampai kita sudah memiliki istri dan anak kelak. 

Dan bila akhirnya waktuku tiba, mungkin kenangan-kenangan bersama Dafia akan menjadi salah satu hal yang terlintas dalam pikiranku.

Sumber gambar: http://claude-c-kenni.blogspot.com/2011/07/first-love-traces-of-distant-days.html
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar